Senin, 27 Agustus 2018

demacia history

Demacia part 1.



Sebuah Negara yang besar, dimana interior dari dinding dari Negara Demacia berwarna putih, bukan sebagai warna dasarnya tanpa memiliki makna, namun dinding semua yang ada di Demacia adalah material khusus untuk menahan dan menditeksi sihir kegelapan.

Dinding yang akan akan bereaksi layaknya koneksi yang memberitahukan ada sihir kegelapan di dekatnya. Lambang itu juga terukir dari sebuah patung besar berwarna putih dengan balutan emas di sayap dan bagian tubuhnya.

Sesosok raksaksa yang menjaga Demacia dari ancaman sihir dari luar. Walau itu hanya sekarang menjadi legenda, namun patung yang bernama Galio tersebut menjadi simbol dari Demacia itu sendiri.

Di sebuah gerbang benteng terluar, terlihat beberapa utusan Wardens sedang menuju pintu gerbang Demacia.



Salah satu dari 3 utusan Wardens tersebut berbicara kepada 1 dari 12 penjaga gerbang. " Ada surat untuk petinggi dari Wardens. "

Seperti yang di ketahui, para Wardens tersebut memiliki motif khusus dari pakaiannya, yaitu memakai topeng silver, dasar pakaian berwarna putih dan ada sedikit motif berwarna biru gelap  dengan sedikitnya warna emas di beberapa bagian.

" Kami akan sampaikan. Silahkan kalian istirahat di dalam dinding. " Salah satu penjaga mengambil surat tersebut dan pergi menunggangi kuda putih berarmor silver menuju tempat para petinggi Demacia berada.

Para utusan Wardens itu di persilahkan masuk ke dalam dinding terluar. Dinding dalam itu terdapat pedesaan dan pemukiman sederhana yang makmur, jika menuju ke gerbang selanjutnya, akan terlihat kota yang juga indah, di kota itu banyak hasil desa yang di jual, ada fasilitas pandi besi dan juga tempat militer Demacia tinggal.

Lebih dalam lagi akan ada gerbang khusus yang menuju ke daerah para bangsawan, di tempat itu tidak boleh sembarangan orang masuk, hanya elit-elit militer dan bangsawan yang bisa masuk tanpa syarat.



Dinding terakhir yaitu tempat pusat markas pertama para petinggi Demacia dan sang Raja Jarvan tinggal, Akses menuju pintu masuk gerbang ini sangat sulit walau bangsawan sekali pun. Namun terkecuali para komandan pasukan elit dan yang memiliki gelar tertentu yang bisa masuk.



Kembali ke dinding terluar dimana terdapat desa dan penduduknya paling banyak adalah petani dan peternak. Walau mereka di pisahkan oleh dinding tersebut, ada wilayah yang tidak membedakan kasta bangsawan mau pun rakyat biasa, walau tempat tinggal mereka di bedakan, namun mereka semua saling menghargai satu sama lain.

Itu yang membuat Demacia makmur dan damai dari atas sampai bawah.

Di pedesaan itu lebih banyak pohon dan sawah membentang luas, Air sungai yang mengalir jernih menghiasi area tersebut. Banyak kedai makanan dan peristirahatan bagi petualang mau pun yang mencoba singgah di tempat tersebut untuk beberapa hari kedepan, biasanya pada musim dingin banyak pengembara yang tinggal di desa tersebut sampai berlalu musim dingin.

Namun sebelum masuk, mereka di intrograsi barang apapun yang mereka bawa, jika mengandung sihir kegelapan, maka mereka di tolak tanpa syarat apapun dan di suruh pergi jika barang tersebut di tolak tidak di musnahkan oleh penjaga atas syarat tersebut.

Demacia Negara damai dan banyak prajurit hebat di dalamnya, Negara tersebut berdiri kokoh karena semua warganya menanamkan kecintaan pada tanah yang suci dan perinsip teguh mereka untuk membawa kedamaian.

Karena ada beberapa warga yang dahulunya memiliki tempat tinggal dan akhirnya di jajah oleh Noxian, Noxus. Mereka yang tidak ingin di kendalikan oleh Negara Noxus yang terkesan barbar itu memilih pergi dan bergabung ke militer Demacia, bahkan bekerja sebagai petani dan peternak.

Noxus memang selama ini terus memperluas wilayahnya dengan menjajah negeri kecil yang tersebar di Runettera, namun Demacia pun tidak kalah dengan Noxus. Mereka juga menandakan wilayah yang ingin beraliansi dengan Demacia yaitu dengan cara mengibarkan bendera Demacia di seluruh dinding, jika wilayah yang mereka kuasai di usik atau di hancurkan oleh Noxus, maka para pasukan Demacia akan turun.

Jika memang di rasa tidak bisa di kuasai kembali dalam waktu singkat, maka komandan pasukan elit akan turun ke medan pertempuran.

Saat itu ada pasukan yang baru datang dari pertempuran, terlihat mereka ada yang terluka. Sore itu utusan Wardens melihat salah satu komandan elit yang baru-baru ini jadi perbincangan di Demacia.

Namanya adalah Queen, di juluki sebagai " Demacia's Wing's ", bangsawan perempuan yang tidak pernah menyentuh militer Demacia namun bisa masuk daftar pasukan Elit yang di akui.

Menurut kabar yang beredar, Queen sebelumnya di ragukan kemampuannya, namun setelah ia menjalani misi yang ia lakukan bersama militer dari pasukan penjaga bangsawan keluarganya, mereka terkagum dengan kemampuan Queen bersama Valor, sesosok elang langka yang sudah sangat jarang terlihat.

Hingga catatan misi darinya selalu baik dan Akhirnya menjadi komandan pasukan Elit, di angkat oleh petinggi Demacia dan kesepakatan para Elit komandan Demacia.

Salah satu bangsawan yang langsung di jadikan komandan Elit tanpa jalan Militer, di tambah lagi dia seorang perempuan, bakatnya bersama Valor benar-benar di akui dan di beri gelar langsung setelah ia di nobatkan sebagai komandan Elit Demacia.

Hari tersebut berakhir dengan damai.

Surat tersebut pun sudah sampai dan di baca oleh petinggi-petinggi Demacia, mereka memberi respon setelah surat tersebut di baca.

Kembali utusan Warden menerima surat dari petinggi Demacia malam itu.

Kemudian utusan Demacia menulis surat untuk petinggi aliansi besar, yaitu Negara Ionia.

Esok paginya.

Para utusan Wardens kembali saat fajar tiba menuju Piltover.

Karena waktunya sangat singkat, kurang dari 20 hari mereka yang setuju mempersiapkan diri untuk mencegah perang besar dan memblokade perairan menuju wilayah Bilgewater.



Ionia.

Para petinggi Ionia berkumpul di Altar meja bundar bercahaya, turut serta para penguasa wilayah yang tersebar di Ionia.

Karma, " The Enliahtened One ".


Lee Sin, " The Blind Monk ".


Irelia, " The Blade Dancer ".



Karma melihat sekeliling tempat pertemuan itu, banyak sekali yang tidak hadir. " Apa cuma kami bertiga yang bisa datang? "

Para petinggi yang datang pun hanya 5 dari 12 petinggi yang ada. Salah satunya angkat suara. " Kita belum pulih sepenuhnya dari luka yang di buat oleh Noxus, beberapa desa dan lainnya masih banyak perbaikan, beberapa dari penguasa wilayah desa Ionia menjalankan tugasnya tanpa persetujuan dari kami semua, namun karena untuk kebaikan Ionia, kami memakluminya, kita juga masih memburu orang yang bernama Yasuo, sebagian prajurit Ionia tersebar di Runeterra ini. "

Irelia yang sebelumnya berlatih di suatu tempat akhirnya kembali dengan kekuatan dan perbedaan dalam fisiknya, ia bisa mengendalikan beberapa pisau unik, bahkan ketenangannya itu seperti Karma. " Aku juga sangat meminta maaf saat invasi Noxus menyerang tidak hadir karena latihan yang masih ku jalani, aku benar-benar minta maaf. "

Lee Sin pun angkat bicara. " Ada beberapa memang yang sibuk dengan urusan peribadinya, seperti Shen dan Master Yii. Akali yang terkena dampak besar dari luka saat pertarungan itu pun masih belum pulih dan masih dalam tahap penyembuhan. "

Kembali petinggi Ionia Bicara. " Kalau saja pasukan Demacia tidak datang, ada kemungkinan kita hancur semua oleh Noxus. "

Para petinggi Ionia adalah sosok-sosok orang tua yang mengendalikan politik dan semacamnya agar stabil, namun tentuk kebijakan adalah hal utama, tidak sembarangan orang bisa menjadi petinggi Ionia yang pandai mengurus tatanan negara. Mereka yang mengurus apapun tentang negara, berbeda dengan penguasa wilayah.

Walau hampir sama tingkatannya, tapi petinggi yang mencangkup besar untuk mengurus semuanya dengan seimbang dan adil.

Setiap Karma membuka matannya, selalu bersinar berwarna hijau. " Kalau begitu kita bertiga yang akan turun untuk menerima undangan aliansi ini dengan sebagian prajurit yang ada, aku yang akan bicara kepada pihak Demacia. "

Petinggi Ionia kadang juga menghormati keputusan Karma. selain bijak, Karma juga memiliki jiwa tenang yang membuat keputusannya tepat. Bahkan desas-desus dari para petinggi Ionia ingin mengangkat Karma sebagai ketua dari para petinggi Ionia, salah satu gelar yang belum ada selama ini karena kemampuan dan ketenangannya yang di akui.

" Baiklah Karma, aku serahkan aliansi ini pada mu, kami akan mengurus Ionia sebaik mungkin sampai semuanya berjalan seperti semula. "
Para petinggi Ionia menyerahkan tugas kepada Karma untuk mengurus Aliansi ini, sedangkan mereka mengurus Ionia.

Karma, Irelia dan Lee di tinggalkan oleh para petinggi Ionia untuk diskusi masalah tersebut.

Demacia.



Saat itu mulai lah rapat para petinggi Demacia. 12 Petinggi hadir di sebuah instana inti di Demacia, turut di hadiri beberapa komandan Elit Demacia.

Garen, " The Mighy of Demacia ", " Kenapa kita harus ikut serta. "



Garen berdiri di antara Petinggi Demacia yang sedang duduk di tengah ruangan.

" Shadow Isle adalah ancaman yang nyata, dimana tempat itu banyak kekuatan sihir yang begitu dahsyat Garen. Insiden yang terjadi pada beberapa ratus tahun yang lalu membuat tiang sihir keseimbangan Shadow Isle hancur, hingga sekarang, wilayah itu menjadi wilayah mati yang di sebut sebagai benua kematian. " Salah satu petinggi Demacia yang ahli dalam sejarah menerangkan hal tersebut kepada Garen.

Garen duduk di tempat para petinggi Demacia berada, karena meja tersebut lumayan panjang dengan kursi mewah berwarna putih. " Aku paham soal itu. "

Kemudian pintu di ruangan itu terbuka.

Masuklah sang Raja Demacia. Jarvan IV. " Maaf terlambat, ada sedikit masalah. "



Seluruh 12 petinggi itu berdiri, termasuk Garen. Jarvan IV duduk di kursi singgasanannya yang ada di ruangan itu dengan menghadap ke arah meja diskusi.

" Hormat untuk Raja. " Salah satu petinggi Demacia memimpin hormat untuk Raja. Kemudian mereka kembali duduk.

Jarvan IV melihat kertas pesan dari Wardens. " Shadow Isle dan Gangplank. Artinya sang Raja Bilgewater belum mati seperti yang di rumorkan. "

" Benar Raja, di surat itu juga mengatakan bahwa jika mereka masuk Bilgewater, tentu pasukan Shadow Isle dan Gangplank akan merebut kembali kejayaannya dengan paksa, merekrut orang-orang. Di katakan juga bahwa ada salah satu mahluk Shadow Isle yang bisa mengurung jiwa seseorang. " Kembali salah satu dari 12 petinggi itu sedikit menjelaskan apa maksud dari surat tersebut.

Jarvan terdiam, kemudian kembali bicara. " Kalau tidak salah aku pernah mendengar seorang bernama Lucian yang sekarang jadi komandan aliansi Kapten Fortune, apa dia belum kembali juga? "

" Iya Raja. Lucian seperti yang di informasikan bahwa dia memang menjadi komandan aliansi dari armada Kapten Fortune, hingga saat ini kita belum pernah lagi melihat dirinya di Demacia. " Salah satu petinggi lainnya kembali bercerita sambil membuka buku jurnal.

Jarvan melihat sebuah berkas yang berada di depan meja. " jadi begitu. Xin Zhao sebelumnya mencari Taric juga pernah bertarung bersama dengan armada Kapten Fortune saat
pertarungan melawan Illaoi. Untuk sekarang kita kirim mereka berdua untuk misi ini. "

" Kami terima pendapat Raja. Tapi saya sedikit saran untuk support di belakang mereka, mengingat Ionia pasti kekurang kekuatannya. " Petinggi lain memberi saran.

Jarvan IV bersandar di singgasanannya sambil berkata. " Aku akan ikut sertakan Garen di garis belakang untuk berjaga-jaga bersama Night Hunter. "

Para petinggi itu kaget mendengar hal itu, karena Garen menjadi inti komandan terkuat, bukan hanya itu, gelar Night Hunter yang juga di rumorkan menggunakan penyihir untuk membantu membasmi penyihir kegelapan lainnya yang tidak bisa di terima oleh para petinggi Demacia.



Memang Vayne adalah sosok individu yang bertualang memburu para penyihir kegelapan, namun beberapa dari para petinggi agak sedikit tidak suka dengan caranya yang keluar masuk Demacia sesukanya dan mengabaikan perintah.

" N..Night Hunter? " Para petinggi terdiam.

Jarvan IV memukul meja dengan keras. " DAAAARRRR.. "

Hal itu membuat kaget para petinggi Demacia dan Jarvan IV berbicara dengan nada tegas, " Dia tetap dari Demacia, bahkan ia memburu penyihir di penjuru Runterra dan membasmi di kegelapan malam, dia yang lebih banyak bekerja di kegelapan malam saat kalian tertidur di kamar kalian yang nyaman. Darah bangsawan Demacia dan juga pengabdian dirinya untuk memusnahkan para penyihir kegelapan harus kita apresiasi. Aku tidak akan menarik apa yang ku katakan tadi. Selama dia mengalir jiwa dan raga Demacia, tentu aku tidak akan menarik kata-kata ku. "

" Ba..baik Raja.." 12 petinggi itu tertunduk.

Jarvan berdiri dan berjalan ke arah jendela besar yang ada di ruangan tersebut. " Untuk masalah ini aku tidak banyak komentar lagi, karena kita juga dalam masalah, dimana seperti yang kalian ketahui, bahwa ada beberapa pemberontak yang sedang sembunyi-sembunyi mencoba untuk menggoyahkan pasukan dan rakyat. "

" Benar Raja, kami sudah merintahkan penyelidik untuk mengintai di area pedesaan dan juga di dekat danau yang melingkari inti tempat ini dan juga bangsawan. "

Inti tempat tinggal para Bangsawan dan petinggi Demacia di kelilingi danau, hanya ada 3 pintu masuk yang tersedia. Namun yang 2 untuk keadaan darurat. sementara yang 1 lagi mengarah ke kota adalah pintu masuk dan keluar utama.

Di Ibu kota Demacia.

Suasana di kota terbilang ramai, banyak para petani desa menjual dan berdagang dengan beberapa tempat di pasar kota. Ada juga yang mengirimkan langsung hasil panennya ke tempat restoran.

Saat itu duduk lah seorang perempuan di sebuah taman kota di dekat pusat kota Demacia.

Fiora, gelar sebagai " The Grand Duelist ", ia di utus untuk mencari tahu tentang sebuah kelompok pemberontak yang berada di Demacia.



Baru-baru ini semakin banyak laporan ada prajurit dan warga yang tewas di kota. Saat itu Fiora bersama Sona " Maven of the Strings ", menyamar sebagai warga biasa.



Fiora memakai rambut palsu panjang berwarna putih dan dress panjang berwarna putih dan biru. Sona melepas kuncir miliknya dan mengurai rambutnya, memakai dress berlengan pendek berwarna kuning dan hitam.

Fiora melihat beberapa orang yang sedang berjalan santai dan yang sedang bicara secara berkelompok di taman tersebut. " Tidak ada yang mencurigakan, bagaimana dengan dirimu Sona? Apa kau mendengar percakapan dari orang yang bicara berkelompok itu?? "

Sona menggelengkan kepalanya.

Fiora berjalan menuju keluar pintu taman kota. " Ayo Sona, kita pulang. "

Sona Bingung dengan apa yang di katakan Fiora, namun ia mengikuti perintah tersebut.

Sesampainya di sebuah rumah sederhana di Kota tempat Fiora dan Sona tinggal sementara untuk waktu bertugas, Fiora langsung menutup pintu dan mengajak Sona ke ruang bawah tanah.

Di ruangan bawah tanah itu tersedia toilet, tempat tidur dan makanan cadangan untuk keadaan darurat, di tengahnya juga ada sofa panjang dan meja kayu. Fiora mengunci dengan rapat pintu keluar tersebut, karena ada 3 pintu sebagai keamanan rahasia pembicaraan mereka, karena mereka harus sangat hati-hati.

Fiora duduk di sofa, Sona mengambil Etwahl miliknya yang ada di atas tempat tidur. " Sona, gunakan kemampuan mu, kita bicara sebentar agar mudah. "

Sona memetik senar dalam Etwahl miliknya dan seluruh ruangan itu di penuhi gelombang yang bisa di lihat dan di rasakan, lalu Sona bicara dari dalam pikirannya yang membuat gelombang tersebut keluar dan menciptakan gelombang suara dari gelombang kekuatan dari Etwahlnya.

Sona sebenarnya tidak bisa bicara, namun ia bisa bicara di tempat tertutup dan menggunakan kekuatan misterius dari alat musil Etwahlnya yang mengisi ruangan dengan gelombang khusus hingga dia bisa bicara lewat gelombang pikirannya dan keluar menjadi suara akibat effeck gelombang yang mengisi ruangan tersebut dari kekuatan miliknya. " Jarang sekali kau langsung pulang Fiora? Apa ada sesuatu? "

Fiora terdiam. " ...... "

Sona semakin bingung dengan Fiora saat itu, ia berbeda dari sebelumnya. " Ada apa? "

Fiora melihat Sona dan bicara. " Insting ku berkata kalau malah kita yang sedang di awasi saat itu, apa kau menyadarinya? "

Sona bingung. " aku tidak bisa mengetahui siapa-siapa saja yang ada di taman itu, jika saja Etwahl ini bisa ku bawa, tentu aku bisa menditeksi dari gelombang yang ku buat dengan melodi khusus ku. "

Fiora bersandar di Sofa. " Ya, namun aku merasakan ada seseorang yang mengawasi kita. "

Sona berdiri dari kasur dan duduk di samping Fiora. " Maaf aku tidak bisa banyak membantu. "

Fiora menatap Sona yang tertunduk duduk di samping kanannya. " Hah? justru kau yang paling banyak membantu Sona, Memasak dan pekerjaan dapur kau sangat ahli, apa lagi penyembuhan mu itu, sangat berguna untuk misi kita ini, jangan berfikir kau tidak membantu. "

Sona tersenyum. " Te..terima kasih. "

Fiora pun tersenyum. " Masakan mu itu sangat enak, aku itu tidak pandai hal tersebut, namun kalau soal bertarung, tentu aku siap, maka itu jangan berfikir seperti itu lagi, paham Sona? "

Sona melihat Fiora dan tersenyum.

Fiora mendapat ide. " Sona, besok pagi kau bisa belanja sendiri ke tempat gerbang desa? "

Sona kembali bingung. " Sendiri? Bisa, tapi bagaimana dengan komunikasinya? "

Fiora berdiri dan mengambil secarik kertas dan tinta di sebuah tempat dekat tempat tidur. " Tulis saja kebutuhan yang jadi bahan masakan mu, setelah dapat kau coret dari daftar, aku punya rencana. "

Fiora lalu membisikan di kuping kiri Sona.

Sona tersenyum. " baiklah, aku mengerti. "

Fiora pun tersenyum. " Percayalah pada ku, aku pastikan ini sesuai rencana. Sekarang mari kita kembali ke atas, sudah waktunya makan siang, kau juga istirahat, besok kita akan memancing. "

Sona menggunakan kekuatannya kembali dan gelombang transparan yang menyelimuti seluruh ruangan tersebut hilang. Fiora membuka kunci pintu pertama, Sona kedua kemudian Fiora yang terakhir.

Mereka berdua memang di tugaskan sembunyi-sembunyi dari pasukan militer Elit dan pengintai Elit yang juga sedang mengawasi kota atas perintah langsung dari Jarvan IV yang di sampaikan oleh Garen.

Karena ada kemungkinan ada segelintir orang dari Elit militer mau pun Elit pengintai menjadi penghianat. Maka itu Jarvan IV memerintahkan Garen untuk menyampaikan kepada Fiora yang sama-sama komandan Elit.

Itu juga bukan tanpa alasan karena Jarvan IV memiliki firasat yang sama, dimana ada pihak militer Elit yang ikut andil dalam kasus pemberontakan secara tersembunyi tersebut baru-baru ini.





Ionia di malam hari.

Sebuah desa yang tenang dan aman, wilayah provinsi sesaat kembali sedikit demi sedikit pulih dari kehancuran yang di buat oleh Noxus.

Bulan dan cahaya-cahaya pohon sihir menerangi malam yang indah. Hewan-hewan kecil yang membawa cahaya pun mulai tampak berterbangan dengan perlahan.

Irelia mengunjungi Karma sendiri di sebuah tempat berbentuk pagoda, dimana ia berada.

Penjaga pintu depan gapura yang di datangi Irelia mempersilahkan masuk dirinya untuk menemui Karma.

Kemudian Irelia melihat Karma sedang duduk tenang di lantai dasar pagoda dengan cahaya bulan menerangi malam.

Irelia menghampiri Karma. " Karma, maaf mengganggu mu malam ini. "

Karma menengok ke arah Irelia berada dengan tersenyum, namun tanpa membuka matannya.
" Ada apa Irelia? Apa kau ingin menunjukan tarian indah mu itu kepada ku? "

Irelia pun tersenyum. " Kau ini bisa saja. Aku kesini ingin bicara pada mu Karma. "

Karma berdiri dan menghampiri Irelia yang berada di luar Pagoda, ia kemudian duduk di sisi pagoda, dimana terdapat bangku kayu di sinari terang bulan dan angin yang tenang. " Duduk lah di dekat ku. "

Irelia mengikuti apa yang Karma katakan.

Karma menengok ke arah Irelia yang duduk di samping kanannya. " Bicara lah apa yang ingin kau bicarakan. "

Irelia sedikit malu, namun ia mulai membuka mulutnya untuk berbicara.
" Apa kau ingat saat invasi Noxus ketika itu. "

Karma tersenyum. " Ya, aku ingat. Apa kau kesini untuk mengucapkan terima kasih lagi? "

Irelia tersenyum malu. " Aku.. Aku benar-benar berterima kasih dan ingin membalas budi dirimu, kau adalah pahlawan ku dan juga Ionia, dimana kau bertarung dengan seluruh kekuatan mu saat invasi Noxus menyerang. "

Karma kembali tersenyum. " Kau ini, sekarang dirimu sudah lebih kuat Irelia, aku bisa merasakan itu dari diri mu dan juga pisau yang ada di belakang mu, irama pedang dan tarian mu itu menyatu dengan sempurna. Aku sendiri ingin sekali lagi melihat tarian itu bersama pedang mu, di malam yang cerah dengan sinar bulan ini, sangat cocok untuk melihat tarian mu itu daripada di pertempuran. "

Irelia memang sangat menghormati Karma sebagai sosok yang tangguh dan memiliki ketenangan yang tinggi walau saat bertarung sekalipun.

Ia juga mengagumi Karma sebagai pahlawan yang berani bertarung saat pasukan Noxus mengepung wilayahnya dengan berani, bahkan ia mengusir para prajurit dan bertarung ke sisi wilayah yang sudah di duduki pasukan Noxus.

Menurut kabar yang beredar. Karma yang sekarang ini tidak memiliki Mana yang besar seperti sebelumnya, kekuatan yang selama ini ia kumpulkan dengan meditasi dan lainnya terkuras habis saat ia bertarung mati-matian dengan pasukan Noxus.

Mungkin karena di luar batas, ada sesuatu yang membuat Karma belum pulih akibat penggunanan kekuatan dan Mana yang jauh dari kapastiasnya. Karma lebih sering bermeditasi saat ini di singgasanannya.

Mungkin ada kemungkinan memang Karma menolak untuk menjadi ketua dari 12 petinggi karena alasan tersebut. Tapi itu semua masih misteri dan orang-orang di Ionia pun masih menghormati Karma hingga saat ini.

Kemudian muncul sosok manusia berekor sembilan dari atas pagoda singgasana Karma. ia terjun dari atas dan berada di depan Karma dan Irelia.

Irelia terkejut. " H.. "

Karma melihat ke arah sosok tersebut. " Ahri. Sudah ku bilang untuk tetap di kamar mu bukan. "



Ahri berdiri dan tersenyum. " Guru, bolehkah aku pulang menemui Ibu ku? Entah kenapa aku teringat dirinya di malam rembulan yang indah ini. "

Karma berdiri dan menghampiri Ahri.
" Apa kau sekarang bisa mengendalikan nafsu mu memburu manusia? "

Ahri tersenyum. " Asalkan aku teringat dengan Ibu ku, tentu aku yakini bisa meredam hal itu. "

Irelia terkejut melihat sosok manusia yang seperti hewan rubah. " Baru kali ini aku lihat sosok manusia seperti dirinya. "

Karma tersenyum. " Dia dari Vastayah, wilayah sihir dunia lain di Ionia. Namun ia sedikit berbeda, dimana ia menceritakan bahwa ia dulunya seekor rubah mistis dan tidak memiliki ingatan masa lalu karena suatu hal, tubuh yang sekarang dia rasuki adalah salah satu prajurit sihir yang tewas di pertempuran Valoran, dia sangat cantik bukan? "

Irelia berdiri dari tempat duduk dan memegang bulu halus milik Ahri yang bergerak. " Putih dan sangat halus. "

Ahri tersenyum. " Terima kasih. Guru boleh yah. "

Karma memeluk Ahri. " Sepertinya kau mulai paham Ahri, kalau begitu berikan pesan ini kepada pengasuh Ibu mu yang aku utus untuk menyudahi tugasnya. "

Karma melepaskan pelukan dan memegang telapak tangan kanan Ahri dan menulis sesuatu dengan kekuatan miliknya, tulisan itu bercahaya berwarna hijau.

Ahri melihat itu sambil bicara. " Kalau guru mengutus ia untuk menyudahi tugasnya, lalu siapa yang menjaga Ibu ku saat aku kembali ke sini? "

Karma memegang kepala Ahri dan mengelusnya. " Tentu kau yang mengurusnya, latih lah nafsu mu sendiri, sepertinya memang jauh lebih baik dari pada di sini. "

Mendengar hal itu Ahri tersenyum dan memeluk Karma. " Terima kasih guru.... Terima kasih... " ia bahkan mengeluarkan air mata.

Karma mengelus punggung Ahri. " Sudah-sudah, tapi ingat untuk tetap sembunyikan ekor mu, Ionia pasti masih asing melihat hal ini. Juga berhentilah mengejar penyihir kegelapan itu. Aku tekankan itu, karena jika kau bisa bahagia seperti ini, tidak perlu kau ubah apa yang ada di diri mu. "

Ahri menghapus air mata dengan salah satu ekornya. " Baik Guru. "

Ahri kemudian melompat ke atas dinding, namun sebelum itu ia melambaikan tangan dan tersenyum kepada Karma.

Ia pergi menuju rumah dan menemui Ibunya, walau dia bukan lah anak asli dari Ibu tersebut, tapi Ibu dan Ahri saling mencintai dan menyayangi.

Irelia dan Karma tersenyum.

Karma kemudian berbicara kepada Irelia. " Masalah awal sudah selesai, Irelia, bisa kau menari di taman ini? hari ini ada 2 kebahagiaan yang menghampiri ku, walau sekarang aku mungkin akan kesepian karena tidak ada Ahri. "

Irelia berjalan ke tengah taman yang ada di samping pagoda, dimana memang pagoda itu di kelilingi taman dan sungai kecil mengalir yang indah.
" Baiklah, aku akan menari. "

Tarian yang di juluki sebagai The Blade Dancer benar-benar indah, ke enam pisaunya menari mengikuti irama tarian Irelia.

Karma bahkan membuka matanya yang bersinar berwarna hijau.

Irelia menari dan menggunakan kekuatan dari pisau tersebut hingga membelah jadi banyak membuat susunan area dimana Irelia berada di tengah-tengah pisau yang bersinar terkena cahaya rembulan malam.

Kemudian di akhiri dimana Irelia membentuk tangga dan menari di udara, dengan pijakan pisau itu dan turun dengan anggun.

Karma tersenyum dan bertepuk tangan. " sebuah maha karya yang indah dan seirama. "

Malam itu begitu indah dan tenang di Ionia.

Demacia

Kediaman Fiora dan Sona di dekat pusat kota.

Fiora sedang duduk di sofa sambil membaca buku di ruang tamu, sedangkan Sona menyiapkan makanan.

Sona menghampiri Fiora dan menepuk pundaknya.

Fiora merespon. " Makanannya sudah siap ya, kalau begitu kita makan, Sona. "

Sona tersenyum dan berjalan ke meja makan di dekat dapur bersama Fiora,.

Esok paginya di sebuah pasar dekat gerbang pasar menuju Desa.

Sona berjalan sambil membawa keranjang belanjaan, hari itu ia memakai dress biru dan memakai kain putih panjang yang melilit di kepalanya seperti kerudung.

Suasana pasar di dekat gerbang desa memang terlihat ramai walau masih pagi, karena ada beberapa warga kota dan juga desa bertransaksi untuk menjual maupun membeli bahan makanan segar, ada juga yang lalulalang mengantarnya dengan kereta kuda dari desa untuk mengantar pesanan bahan, biasanya para pemilik restoran dan juga penginapan.

Penjaga di tempat itu cukup banyak, juga ada waktunya untuk bertransaksi, yaitu mulai pukul 4;30 AM hingga pukul 9;00 PM.

Jam di atas 9;00 PM gerbang di tutup dan tidak boleh ada transaksi atau pun warga keluar masuk desa jika tidak ada surat izin darurat.

Sona melihat daftar belanjaan di tangan kirinya.

Satu persatu bahan makanan itu mulai terkumpul, ia berbelanja sambil menunjukan daftar yang ia tunjuk untuk membelinya.

Hampir menjelang siang, Sona tidak melihat kejanggalan dan berjalan kembali menuju jembatan gerbang kota.

Jaraknya tidak terlalu jauh antara gerbang desa dan kota, di bawahnya terdapat aliran danau. Cukup ramai warga kota dan desa berlalulalang ke desa maupun ke kota.

Hingga terdengar suara seperti pukulan dari arah belakang Sona dan membuat terkejut beberapa warga yang sedang melintas, Sona pun melihat itu dan terlihat sesosok orang memakai penutup dari atas sampai bawah berwarna coklat menaiki seorang yang terjatuh tersebut.

Dengan cepat ia melajukan kereta kudanya mengarah ke arah Desa.

Sona masih bertanya-tanya dengan apa yang terjadi. Namun ia kembali berjalan ke rumah.

Hari menjelang siang. Sona masuk ke rumah, kemudian terlihat secarik kertas di atas meja, Sona mengambil kertas tersebut dan membacannya.

Tulisan itu di buat oleh Fiora, isinya, " Naiklah kereta kuda menuju desa yang mengarah ke selatan pada pukul 3;00 PM, turun di tempat wilayah pertanian padi, kita bertemu di sana.

Sona bingung. Fiora memang tadi pagi sudah tidak terlihat saat Sona bangun dari tempat tidurnya, namun belum ada secarik kertas itu di meja.

Ada kemungkinan Fiora kembali ke rumah pada saat Sona berjalan menuju gerbang desa.

Waktu pertemuan itu sedikit lama, Sona memikirkan untuk memasak dan di lanjutkan membalut Etwahl miliknya dengan kain untuk di bawa.

Matahari mulai turun dan langit masih cerah, Sona bergegas menaiki kereta kuda yang tersedia di kota menuju desa ke arah selatan sambil memegang Etwahlnya.

Di antara gerbang desa dan kota memang tersedia transportasi kereta kuda yang membawa kereta tertutup untuk duduk para warga yang ingin menggunakan jasa tersebut, sebetulnya juga Sona bisa menaiki kereta kuda menuju gerbang desa, namun kebanyakan warga ada yang memilih berjalan sambil berolahraga pagi, biasanya waktu mereka kembali ke kota dengan banyak bawaan belanja tentu mereka memilih menaiki transportasi kereta kuda menuju kota.

Namun Fiora menyarankan untuk berjalan kaki saat pergi dan pulang, barang belanjaan Sona pun tidak terlalu banyak juga pagi itu.

Kereta kuda yang di naiki Sona mulai berjalan menuju jembatan yang menghubungkan kota dan desa.

Sore hari terlihat masih ramai, tapi tidak terlalu ramai ketika di pagi hari dimana banyak kereta kuda melintas.

Di dalam kereta kuda yang di naiki Sona, ada beberapa orang dan anak kecil dengan pakaian sederhana, ada juga yang membawa peralatan dari kota.

Setelah sampai di desa, terlihat hamparan tanaman dan pepohonan, kedai-kedai yang ramai di singgahi para petani yang sehabis bekerja dan memanen pangan di jalan-jalan desa.

Sona melihat ke jendela luar dan terlihat wilayah khusus pertanian padi, Sona menepuk kusir yang mengendarai kuda dan membayarnya.

Ia turun dan kereta kuda itu kembali berjalan. Wilayah persawahan itu cukup luas namun sepi, di setiap jalan setapaknya di tumbuhi pohon-pohon menyejukan. Di situ ada seseorang berjalan menuju Sona dengan kerudung menutupi wajah dan tubuhnya.

Seorang tersebut membuka kerudungnya dan ternyata itu Fiora.
" Aku sudah menunggu mu. "

Sona tersenyum.

Kemudian Fiora menarik tangan Sona menuju ke suatu tempat sambil berbincang. " Berjalan di jalan setapak kecil di desa memang cukup nyaman, apa lagi ke asrian tempat ini masih terjaga, berbeda sekali dengan di kota. "

Memang hawanya sejuk dan mendamaikan hati, dimana tidak banyak kebisingan dan keramaian di desa.

Sisi kiri dan kanan mereka berjalan hanya ada sawah hijau dan pohon-pohon yang menghiasi jalan mereka.

Fiora tersenyum sambil melihat pemandangan sekitar.

Hingga dinding besar bagian terluar terlihat. Fiora berjalan menuju sebuah tempat dimana pohon-pohon yang begitu banyak tumbuh, jalan setapak yang tadinya ada sudah menghilang.

Sampai lah di bagian pinggiran desa yang sunyi dan sangat sepi, terdapat rumah kecil kayu.

Fiora memasang wajah serius. " Tidak perlu takut, itu adalah tempat teman yang aku kenal. "

Fiora dan Sona masuk ke rumah sederhana itu.

Terlihat sesosok Kakek dan Nenek sedang berbincang.

To Be Continue..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar